KARYANTARA.COM

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Ayat itu, menjadi pengingat abadi bagi Ratna muda. Hatinya pernah memberontak kala keliru memilih jurusan saat berkuliah di jenjang sarjana. Sebuah kekeliruan yang justru mengantarnya menuju puncak kariernya.

Di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19, ia mendapat amanah sebagai Rektor sebuah Universitas, tepat pada 8 September 2021. Momentum manakala dunia masih bergulat dengan dampak panjang wabah yang memaksa masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan baru, seperti Work From Home (WFH) yang kini berevolusi menjadi Work From Coffee (WFC). Dengan segala keterbatasan, Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si., M.Sc menahkodai Universitas Mandala Waluya dengan visi besar: menjadikannya kampus berdaya saing global.

Perempuan kelahiran Lhokseumawe itu, tak sekadar bicara soal mimpi. Dengan semangat kolaborasi, ia menjalin kerja sama dengan berbagai universitas ternama seperti Universitas Kebangsaan Malaysia, Bukhara State University di Uzbekistan, hingga perguruan tinggi di Australia. Ia juga menggandeng berbagai pihak dalam negeri, mulai dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara hingga sektor swasta, PT Tiran Group.

Mengurai Strategi di Balik Kemudi

“Kunci kemajuan kampus adalah kolaborasi,” ujar Ratna dengan penuh semangat saat berbincang dengan tim kami di ruang kerjanya. Dengan gaya kepemimpinan yang egaliter, Ratna menempatkan dirinya sebagai mitra sejajar bagi civitas akademika. Baginya, jabatan rektor bukanlah sekat, melainkan penghubung untuk mencapai visi bersama. “Rasa memiliki dan tanggung jawab bersama itulah yang membuat kemajuan kampus ini mengalir deras,” tambahnya.

Prinsip integritas dan sikap positif menjadi pedoman Ratna sejak awal kariernya di dunia akademik. Sebelum menjadi rektor, ia mengemban berbagai jabatan strategis, seperti bendahara, sekretaris program studi, hingga dekan. Setiap tanggung jawab dilaksanakannya dengan sepenuh hati. “Tiap posisi adalah amanah yang harus dijalani sebaik mungkin, karena kesempatan tak datang dua kali,” ujarnya.

Sebagai seorang wanita karier, Ratna mengakui adanya tantangan work life balance, bagaimana menyeimbangkan peran sebagai pemimpin universitas dan sebagai ibu rumah tangga. Beruntung, ia memiliki suami yang satu frekuensi, seorang dosen di perguruan tinggi Islam di Kendari. “Kami selalu menyempatkan waktu untuk keluarga, karena kebahagiaan di rumah adalah energi untuk melangkah lebih jauh,” tuturnya.

Berperan sebagai Rektor sekaligus menjalankan peran sebagai ibu tiga anak menuntut kemampuan manajerial yang memadai antara jabatan dan keseimbangan keluarga. Menurut Ratna, Sebagai Rektor, keputusan yang diambil tidak bersifat tunggal. Hal ini berarti semua keputusan harus melalui proses musyawarah dan diputuskan bersama dalam rapat, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada pandangan atau keinginan pribadi seorang Rektor. Setali dengan itu, Ratna diuntungkan dengan bersuamikan seseorang yang profesinya tak jauh berbeda. Sehingga kesepahaman lebih mudah terjalin. Walaupun memiliki tanggung jawab besar sebagai Rektor, Ratna memastikan perannya sebagai istri dan ibu tidak terabaikan, termasuk memenuhi kewajibannya terhadap anak-anak dan suaminya.

Cinta Ratna pada dunia pendidikan berawal dari masa SMA, ketika ia bercita-cita menjadi guru, meneladani sang kakak. Namun, takdir membawanya ke jurusan Biologi Murni di Universitas Halu Oleo, alih-alih Biologi Keguruan. Ia pun beberapa kali berupaya mengajukan integrasi, namun sayangnya usaha itu tertolak. Awalnya, ia merasa kecewa, ia hanya bisa pasrah. Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa rencana Tuhan lebih indah. Ia jalani keputusan itu dengan tulus dan rida hingga menuntunnya menjalani profesi sebagai pengajar (dosen), pekerjaan yang ia anggap sebagai panggilan jiwa.

Penghargaan Sultra Award sebagai tokoh perubahan dan dosen terbaik Universitas Mandala Waluya menjadi prasasti pengabdian Ratna. Ia berpegang teguh pada prinsip: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,” mengutip hadis riwayat Ahmad. Dalam setiap langkahnya, Ratna selalu berusaha menjadi pribadi yang membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Dalam empat tahun kepemimpinannya, Dr. Ratna Umi Nurlila telah mengukir perubahan signifikan yang membawa Universitas Mandala Waluya menuju arah yang lebih baik. Di bawah kepemimpinannya pula, UMW tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga memperluas jejaring kerja sama hingga ke tingkat internasional, yang secara perlahan namun pasti, menjadikannya institusi yang semakin diakui dalam peta pendidikan nasional.

Dengan integritas yang kokoh sebagai landasan, visi besar yang melampaui demarkasi geografis, dan semangat kolaborasi yang membara, Ratna memimpin “bahtera besar” UMW dengan penuh keyakinan. Ia menavigasi tantangan demi tantangan dengan strategi yang cermat, menabalkan bahwa setiap langkah yang diambil membawa manfaat berkelanjutan bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat luas. Dalam setiap kebijakan yang ia rancang, tampak jelas misinya untuk menjadikan Universitas Mandala Waluya sebagai mercusuar pendidikan yang menginspirasi, berkontribusi, dan berdaya saing di samudra pendidikan global yang terus berkecamuk.(*)

Penulis: Kalpin