Aryo Wira Setiawan (kiri)


KARYANTARA.COM

Dunia pendidikan kita baru saja dihebohkan dengan jatuhnya korban tawuran pelajar siswa SMAN 12 Kendari, saya kurang mengetahui persis sebab dari peristiwa tawuran tersebut, tetapi yang pasti ada korban dan ada pelaku, korban saat ini masi dirawat intensif di rumah sakit, sedangkan pelaku sedang menjalani proses hukum di Kepolisian, baik korban dan pelaku adalah sama-sama siswa dan pelajar, sama-sama anak didik, anak bangsa yang menjadi tanggungjawab pemerintah untuk mendidiknya.

Peristiwa ini menjadi alarm untuk dunia pendidikan, bahwa anak didik kita tidak sedang baik-baik saja, runtuhnya moral dan karakter dapat memicu pelajar kehilangan kendali emosional untuk bertindak sesuatu yang melanggar norma sosial dan norma hukum. Pada titik ini kita mulai disadarkan betapa pentingnya pendidikan nilai, mental dan karakter bagi generasi muda khususnya para pelajar.


Tujuan pendidikan kepramukaan adalah untuk membentuk anggota Gerakan Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, serta memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa. Gerakan Pramuka bertujuan untuk mengembangkan potensi anggota, baik mental, moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial, sehingga menjadi warga negara yang baik dan berguna bagi masyarakat dan negara.

Melalui pendidikan Kepramukaan, generasi yang berusia 7-25 tahun (peserta didik) dapat mengamalkan pendidikan nilai, mental dan karakter. Jika Pendidikan kepramukaan dapat diterapkan dengan baik di Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan formal maka peristiwa tawuran antar pelajar dan penyakit sosial lainnya dapat terhindarkan. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah seluruh Gugusdepan yang berpangakalan di satuan pendidikan formal telah menjalankan pendidikan kepramukaan nya dengan baik? Apa seluruh Gugusdepan kita sudah tersedia pembina mahir yang berkualifikasi? Apakah proses latihan rutin yang mengacu pada kurikulum SKU dan SKK sudah berjalan ?

inilah yang menjadi PR buat pemanku kepentingan Gerakan Pramuka. Jika belum sudah saatnya kita memperkuat kembali aktifitas kepramukaan di Gugusdepan.


Sebagai penutup, saya mengajak kita semua untuk merenungkan cerita dari seorang Guru di Australia.


Seorang guru di Australia pernah berkata :

“Kami tidak terlalu khawatir anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai Matematika”. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”


Saya tanya \”kenapa begitu?”


Jawabnya :


1. Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri.


2. Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak jadi penari, atlet, musisi, pelukis, dsb.


3. Karena semua murid sekolah pasti lebih membutuhkan pelajaran Etika Moral dan ilmu berbagi dengan orang lain saat dewasa kelak.


”Apakah pelajaran penting di balik budaya MENGANTRI?”


”Oh banyak sekali..\”


1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.


2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya jika ia mendapat antrian di tengah atau di belakang.


3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal.


4. Anak belajar disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.


5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)


6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.


7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.


8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.


9. Anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain


10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.


*Ditulis oleh Aryo Wira Setiawan*

Penulis adalah anggota dewasa Pramuka yang bertugas sebagai Sekretaris Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Sulawesi Tenggara