Perayaan Hari Guru Nasional di Konawe Utara (Konut) tahun ini menjadi perpaduan unik antara refleksi sejarah dan lompatan ke masa depan. Di satu sisi, ribuan guru diajak menoleh ke belakang, mengenang perjuangan panjang PGRI. Di sisi lain, mereka menyaksikan dimulainya babak baru pendidikan digital yang ambisius.


Dalam rangkaian upacara peringatan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Konut, Asmadin, S.Pd., M.M. yang juga menjabat sebagai Ketua PGRI Kabupaten Konut, mengambil peran penting. Ia memimpin refleksi dengan membacakan sejarah terbentuknya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).


PGRI didirikan pada 25 November 1945 di Surakarta, Jawa Tengah, seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan. Kelahiran ini merupkan hasil peleburan organisasi guru yang sebelumnya sempat terpecah, mulai dari era penjajahan Belanda melalui PGHB (Persatuan Guru Hindia Belanda) pada 1912, hingga larangan berorganisasi di masa Jepang.


Tujuan PGRI saat itu sangat fundamental, yakni mempertahankan Republik, mempertinggi tingkat pendidikan kerakyatan, dan membela hak serta nasib guru. Sejarah inilah yang menjadi fondasi mengapa tanggal 25 November ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional, sebuah hari untuk menghormati pengabdian mereka.


Setelah rangkaian upacara yang khidmat, fokus beralih sepenuhnya ke inovasi. Rombongan Bupati segera bertolak menuju SDN 05 Asera, sekolah yang menjadi percontohan program Smart Class Room.



Kedatangan mereka disambut dengan tarian penyambutan Mondotambe yang dibawakan penuh semangat oleh siswi-siswi, seolah memberi selamat datang pada era baru.


Di dalam kelas, suasana tradisional sirna. Papan tulis kapur dan spidol kini digantikan oleh layar sentuh interaktif berukuran jumbo, yang terlihat seperti laptop raksasa. Berpadu dengan perangkat Chromebook di hadapan setiap siswa. Bupati meninjau langsung dan menyaksikan bagaimana proses belajar mengajar berjalan.


Inovasi ini tidak hanya sebatas perangkat keras. Untuk memastikan keberlanjutan proses digital ini, Bupati juga mengecek trafo room yang menyimpan energi bersih dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan PLTS, proses digital di sekolah dijamin berjalan tanpa kendala listrik.



Asmadin, menyatakan dengan bangga bahwa peresmian ini adalah implementasi nyata dalam pemanfaatan digitalisasi. "Peresmian ini adalah bentuk dari pemanfaatan digitalisasi dan sekaligus menjadi jawaban dari tantangan yang dihadapi saat ini," ujarnya.


Langkah strategis ini telah menjangkau 29 sekolah yang kini dilengkapi Smart Class Room dan PLTS.


Bupati Konawe Utara menegaskan pencapaian Konut. Bahwa dari 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara, Konut menjadi yang pertama yang secara masif meluncurkan program Smart Class Room di sekolahnya. Ini menjadikan Konawe Utara sebagai pionir dalam transformasi pendidikan Sultra.


Mengakhiri sambutannya di SDN 5 Asera, Bupati berpesan agar fasilitas mahal ini dijaga bersama. Ia berkeyakinan penuh bahwa momentum ini akan menjadi titik tolak untuk menggenjot pemerataan program Smart Class Room ke seluruh sekolah.


Laporan: Ardi Wijaya